Jumat, 28 Februari 2014

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HADITS,SUNNAH,KHABAR,ATSAR AL-QUR’AN-HADITS-HADITS QUDSI



1.Hadits dan Sunnah

Hadits ialah segala peristiwa yang disandarkan kepada Nabi SAW.walaupun hanya sekali saja terjadinya dalam sepanjang hidup Nabi SAW.dan walaupun hanya diriwayatkan oleh seseorang saja.

Adapun sunnah,sebenarnya adalah nama bagi amaliah yang mutawatir,yakni cara Rasulullah SAW.melaksanakan suatu ibadah yang dinukilkan dengan amaliah yang mutawatir pula,walaupun lafadh penukilannya tidak mutawatir maka dalam segi sanad tidak mutawatir,tetapi dalam segi amaliahnya mutawatir.[1]

Dari sudut terminologi,para ahli hadits tidak membedakan antara hadits dan sunnah.Menurut mereka,hadits atau sunnah adalah hal-hal yang berasal dari Nabi Muhammad SAW.,baik berupa perkataan,perbuatan,penetapan maupun sifat beliau,dan sifat ini,baik berupa sifat-sifat fisik,moral maupun perilaku,sebelum beliau menjadi Nabi maupun sesudahnya.[2]
Sunnah pada dasarnya sama dengan hadits,namun dapat dibedakan dalam pemaknaannya,seperti yang diungkapkan oleh M.M.Azami bahwa sunnah berarti model kehidupan Nabi SAW.,sedangkan hadits adalah periwayatan dari model kehidupan Nabi SAW.tersebut.[3]

2.Khabar dan Atsar

Khabar secara bahasa,khabar artinya warta atau berita[4] yang disampaikan dari seseorang  kepada orang lain.Khabar menurut istilah ahli hadits adalah,
ما أضيف الي النبي صلي الله عليه وسلم أو غيره
Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi SAW,atau dari yang selain Nabi SAW.
Maksudnya bahwa khabar itu cakupannya lebih luas disbanding dengan hadits.Khabar mencakup segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW.dan selain Nabi,seperti perkataan sahabat dan tabi’in,sedangkan hadits hanya segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW.,baik perkataan,perbuatan,maupun taqrir (ketetapan) beliau.

Atsar dari segi bahasa berarti Bekasan sesuatu atau sisa sesuatu atau bias juga berarti nukilan.
Menurut istilah Jumhur,Atsar sama artinya dengan Khabar dan Hadits.Para Fuqaha menggunakannya sebagai istilah untuk perkataan-perkataan para ulama Salaf,Sahabat,Tabi’in dan lainnya.[5]
Pendapat lain mengatakan bahwa Atsar lebih umum sifatnya dari pada Khabar,karena Atsar dinisbatkan kepada yang datang dari Nabi dan yang selainnya,sedangkan Khabar hanya untuk yang datang dari Nabi SAW saja.
Dari beberapa uraian tentang hadits dapatlah disimpulkan bahwa,baik Hadits,Sunnah,Khabar dan Atsar sebagaimana yang telah diuraikan,maka pada dasarnya kesemuanya memiliki persamaan maksud,yaitu untuk menunjukkan segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW,baik berupa perkataan,perbuatan maupun taqrirnya.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HADITS QUDSI DAN HADITS NABAWI

1.Persamaan Hadits Nabawi dengan Hadits Qudsi
Hadits qudsi dengan hadits nabawi pada dasarnya mempunyai persamaan,yaitu sama-sama bersumber dari Allah SWT.Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
وما ينطق عن الهوي.ان هو الا وحي يوحي
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
(Q.S.An-Najm [53]:3-4)

2,Perbedaan Hadits Nabawi dengan Hadits Qudsi
Perbedaan antara hadits nabawi dan hadits qudsi dapat dilihat dari segi penisbatan,yaitu hadits nabawi dinisbatkan kepada Rasul SAW.dan diriwayatkan daari beliau sehingga dinamakan hadits nabawi.Adapun hadits qudsi dinisbatkan kepada Allah,sedangkan Rasul SAW.menceritakan dan meriwayatkan dari Allah SWT.Oleh karena itu,ia dibatasi dengan sebutan ‘Al-quds’ atau ‘Al-ilah’ sehingga disebut hadits qudsi atau hadits ilahi,yakni penisbatan kepada Dzat Yang Mahatinggi.
Jika dalam suatu hadits terdapat kata-kata seperti,
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ
Rasul SAW.telah bersabda,sebagaimana yang diterima dari Tuhannya.

Atau kata-kata,
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم:قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
bisa dipastikan bahwa hadits tersebut adalah hadits qudsi.[6]

3.Perbedaan di antara Al-Qur’an,Hadits Qudsi,dan Hadits yang lain:
a.       Nur (cahaya) yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah Qadim dari Allah SWT.
b.      Nur (cahaya) yang terdapat dalam hadits Qudsi adalah dari ruh Nabi sendiri,tidak seperti nur dari pada Al-Qur’an.
c.       Sedangkan Nur-nur yang terdpat dalam Hadits yang bukan Hadits Qudsi,adalah dari pada zat Nabi sendiri.
Ringkasnya: Nur Al-Qur’an dari pada zat Allah,Nur Hadits Qudsi dari ruh Nabi dan Nur Hadits yang bukan Qudsi dari pada zat Nabi.[7]

4.PERBEDAAN AL-QUR’AN DENGAN HADITS QUDSI
Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadits Qudsi antaranya sebagai berikut:
1.      Al-Qur’an Al-Karim adalah kala Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah dengan lafadznya.Dengan kalam Allah itu pula,orang Arab ditantang untuk membuat yang serupa dengannya,sepuluh surat yang serupa itu,bahkan satu surat,tetapi merkea tidak mampu membuatnya.Tantangan itu tetap berlaku karena Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat,sedangkan Hadits Qudsi tidak digunakan untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
2.      Al-Qur’an Al-Karim hanya dinisbatkan kepada Allah sehingga dikatakan,’Allah ta’ala telah berfirman,’sedangkan Hadits Qudsi terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah sehingga nisbat Hadits Qudsi kepada Allah merupakan nisbat yang dibuatkan.Maka dikatakan,’Allah telah berfirman atau Allah berfirman.’Terkadang pula diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah SAW.,tetapi nisbatnya adalah nisbat khabar.Karena Nabi yang menyampaikan hadits itu dari Allah,dikatakan Rasulullah SAW.menngatakan mengenai apa yang diriwayatkan dari Tuhannya.
3.      Seluruh isi Al-Qur’an dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya sudah mutlak.Hadits-hadits Qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan.Ada kalanya hadits qudsi itu shahih,terkadang hasan (baik),dan teerkadang pula dha’if (lemah).
4.      Al-Qur’an Al-Karim dari Allah,baik lafadz maupun maknanya maka Al-Qur’an adalah wahyu,baik dalam lafadz maupun maknanya.Adapun Hadits Qudsi,maknanya saja yang dari Allah,sedangkan lafadznya dari Rasulullah SAW.Hadits Qudsi adalah wahyu dalam makna,tetapi bukan dalam lafal.Oleh sebab itu,menurut sebagian besar ahli hadits,diperbolehkan meriwayatkan Hadits Qudsi dengan maknanya saja.
5.      Membaca Al-Qur’an Al-Karim merupakan ibadah sehingga dibaca di dalam shalat.Sebagaimana Allah SWT.berfirman:
....فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ....
Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an itu.(Q.S.Al-Muzammil:20)
Adapun hadits qudsi tidak disuruh dibaca di dalam shlat.Allah memberikan pahala membaca hadits qudsi secara umum saja.Membaca hadits qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadits mengenai membaca Al-Qur’an bahwa pada setiap huruf terdapat kebaikan[8]




[1] H.Achmad Usman,Hadits Tarbiyah(Hadits Etika)”Tentang Hakikat Sunnah dan Hadits”,(PASURUAN JAWA TIMUR:PT.Garoeda Buana Indah) Jilid I.hlm.13.
[2] Mustafa Ash-Siba’i.Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam:Sebuah Pembelaan Kaum Sunni.Jakarta:Pustaka Firdaus.1993.hal.1.
[3] Azami,Memahami ….op.cit.hlm.21.


[4] Mahmud Yunus.op.cit.hlm.113.
[5] Ibid
[6] M.Agus Solahudin&Agus Suyadi.Ulumul Hadits.Bandung:Pustaka Setia,2011.hal 26-27.

[7] H.Achmad Usman.Hadits Tarbiyah(Hadits Etika). Jilid I hal 34.PT.Garoeda Buana Indah.PASURUAN JAWA TIMUR
[8] http://www.eramuslim.com.

0 komentar:

 
;